Sabtu, 13 November 2010

BPH (Benigna Prostate Hypertrofi)

BPH (Benigna Prostate Hypertrofi)
Terjadi hiperplasia kelenjar periuretra yang mendesak jaringan prostat yang asli ke perifer dan menjadi simpai bedah. Prevalensinya meningkat seiring dengan peningkatan usia pada pria.
Etiologinya terdapat resiko umur dan hormon androgen. Perubahan mikroskopik pada prostat telah terjadi pada pria usia 30-40 tahun. Bila perubahan mikroskopik ini berkembang, akan terjadi perubahan patologik anatomi yang ada pada pria berusia 50 tahun angka kejadiannya 50%, usia 80 tahun 80%, dan usia 90 tahun 100%
Usia Lanjut dan produksi hormon androge
Perubahan kelenjar prostat
Kelenjar prostat membesar
Otot destrusor menebal dan meregang, resistensi buli-buli prostat
Sakulasi/divertikel
Keadaan berlanjut
Destrusor lelah
Dekompensasi
Otot destrusor tidak mampu berkontraksi
Retensi urin
Patofisiologi masing-masing gejala antara lain :
1. Penurunan kekuatan dan kaliber aliran yang disebabkan resistensi uretra adalah gambaran awal dan menetapnya BPH.
2. Hesistency terjadi karena destrusor membutuhkan waktu lama untuk dapat melawan resistensi uretra.
3. Intermittency terjadi karena destrusor tidak dapat mengatasi resistensi uretra sampai akhir miksi. Terminal dribbling dan rasa belum puas setelah miksi terjadi karena jumlah residu urin yang masih banyak dalam buli-buli.
4. Nokturia dan frekuensi terjadi karena pengosongan yang tidak lengkap pada tiap miksi sehingga interval antar miksi lebih pendek.
5. Frekuensi terutama terjadi pada malam hari (nokturia) karena hambatan normal dari korteks berkurang dan tonus sfingter dan uretra berkurang selama tidur.
6. Urgensi dan disuria jarang terjadi, jika ada disebabkan oleh ketidakstabilan destrusor sehingga terjadi kontraksi involunter.
7. Inkontinensia bukan gejala yang khas, walaupun dengan berkembangnya penyakit, urin keluar sedikit secara berkala karena setelah buli-buli mencapai compliance maksimum, tekana darah dalam buli-buli akan cepat naik melebihi tekanan sfingter.
Manifestasi klinis dari BPH adalah gejala iritatif dan obstruktif.
Gejala iritatif meliputi sering miksi (frekuensi), nyeri pada saat miksi (disuria), perasaan ingin miksi yang sangat mendesak (urgensi), dan sering miksi di malam hari (nokturia).
Gejala obstruktif meliputi pancaran aliran yang melemah, ras tidak puas setelah miksi, kalau ingin miksi harus menunggu lama (hesistency), harus mengedan (straining), kencing terputus-purus (intermittency), dan waktu miksi memanjang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar