Sabtu, 13 November 2010

CKD

CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD)

A. Pengertian
Chronic Kidney Desease (CKD) yaitu kelainan pathologis ginjal atau adanya kelainan urin (umumnya jumlah protein urin dan sedimen urin) selama tiga bulan atau lebih yang tidak tergantung pada laju filtrasi glomerulus. Penyakit ginjal kronik terjadi apabila laju filtrasi glomerulus kurang dari 60 ml/menit/1,73m2, meskipun tidak ditemukan kelainan pada urin. Fase akhir dari CKD adalah terjadinya gagal ginjal kronis. (Susalit E., 2003). CKD merupakan gangguan ginjal yang progresif dan dapat bersifat irreversibel di mana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah (Ardaya, 2003).

B. Etiologi
CKD dapat disebabkan oleh penyakit sistemik diantaranya adalah :
1. DM.
2. Hipertensi yang tidak terkontrol
3. Glomerulonefrtitis kronis
4. Obstruksi traktus urinalisis
5. Pielonefritis
6. Infeksi
7. Agen toksis
8. Gangguan vaskuler

C. Patofisiologi
CKD dibagi menjadi 5 stadium berdasarkan hasil CCT (Clirent Creatinin Test)
1. Stadium 1 :Kerusakan ginjal dengan LFG normal. LFG ≥ 90 (ml/mn/1,73m2)
2. Stadium 2 : Penurunan ringan. LFG 60-89 (ml/mn/1,73m2)
3. Stadium 3 : Penurunan LFG sedang. LFG 30-59 (ml/mn/1,73m2)
4. Stadium 4 : Penurunan berat. LFG 15-29 (ml/mn/1,73m2)
5. Stadium 5 : Stadium gagal ginjal. LFG < 15 (ml/mn/1,73m2)
Berdasarkan hipotesis nefron yang utuh, dikatakan bahwa bila nefron terserang penyakit maka seluruh unitnya akan hancur. Namun sisa nefron yang masih utuh tetap bekerja normal. Uremia timbul jika jumlah nefron sudah berkurang sehingga keseimbangan cairan dan elektrolit tidak dapat dipertahankan lagi. Sisa nefron yang ada beradaptasi dengan mengalami hipertensi dalam usahanya untuk melaksanakan seluruh beban ginjal.
Peningkatan solute, filtrasi dan reabsorbsi tubulus dalam setiap nefron terjadi meskipun GRF untuk seluruh massa nefron yang terdapat dalam ginjal turun di bawah nilai normal, namun akhirnya jika kurang lebih 75% massa nefron telah hancur maka kecepatan filtrasi dan beban solut bagi setiap nefron demikian tinggi sehingga keseimbangan glomerulus tubulus tidak dapat lagi dopertahankan. Hilangnya kemampuan memekatkan atau mengencerkan kemih menyebabkan BJ urin tetap pada nilai 1,010 atau 285mOsmot (sama dengan konsentrasi plasma) dan merupakan penyebab gejala poliuria dan nokturia.
Retensi cairan danan natrium yaitu ginjal yang tidak mampu mengkonsentrasikan dan mengencerkan urin. Respon ginjal yang tersisa terhadap masukan cairan dan elektrolit sehari-hari tidak terjadi. Pasien sering menahan cairan dan natrium, sehingga meningkatkan risiko terjadinya edema, gagal jantung kongestif dan hipertensi. Hipertensi juga dapat terjadi akibat aktivasi aksis renin angiotensin dan kerjasama keduanya meningkatkan sekresi aldosteron. Episode muntah dan diare menyebabkan penipisan air dan natrium yang menyebabkan memepreberat stadium uremik.
Dengan berkembangnya penyakit renal terjadi asidosis metabolic seiring dengan ketidakmampuan ginjal mengekskresikan muatan asam (H+) yang berlebihan. Penurunan sekresi asam terutama akibat ketidakmampuan tubulus ginjal mengekskresikan amonia dan mengabsorbsi natrium bikarbonat. Penurunan ekskresi fosfat dan asam organik lain yang terjadi. Anemia. Terjadinya anemia sebagai akibat terjadi produksi erytropoitin yang tidak adekuat, memendekkan usia sel darah merah, defisiensi nutrisi dan kecenderungan untuk mengalami perdarahan akibat status uremik pasien, terutamam dari saluran gastrointertinal.
Erytropoitin adalah suatu substansi normal yang diprosuksi oleh ginjal, menstimulus sum-sum tulang untuk menghasilkan sel darah merah. Pada gagal ginjal produksi erytropoitin menurun dan anemia berat terjadi disertai keletihan, angina dan sesak nafas.
Pada CKD terjadi gangguan metabolisme kalsium dan fosfat. Kedua kadar serum tersebut memiliki hubungan yang saling berlawanan. Dengan menurunnya filtrasi melalui glomerulus ginjal, terdapat peningkatan kadar fosfat serum dan penurunan kadar serum kalsium.
Penyakit tulang uremik (osteodistrofi renal) terjadi perubahan kompleks kalsium, fosfat dan keseimbangan parathormon. Laju penurunan fungsi ginjal dan perkembangan CKD berkaitan dengan gangguan yang mendasari yaitu ekskresi protein dalam urin dan adanya hipertensi. Pasien yang mengekskresikan sejumlah protein atau mengalami peningkatan tekanan darah cenderung akan cepat memburuk daripada mereka yang tidak mengalami kondisi ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar